Air Kapitan Jongker dan Belo (Tiang Pengikat Perahu Kapitan Jongker)

Alam, Seni & Budaya, One Day Trip

Desa Wisata Tumalehu, seram bagian barat

07:00 - 16:00 WIT

Tersedia dalam Bahasa Indonesian

Minimum pemesanan tiket

0 kali dipesan

Couples Big Groups Small Groups Solo Travellers Friends Families Senior

Informasi Detail

Deskripsi Aktivitas

Mata air yang secara turun-temurun dikenal dengan sebutan Air Kapitan Jongker atau yang biasa dikenal warga dengan nama Air Yongkor terletak di kompleks pemukiman warga yang juga disebut kompleks Yongker di Desa Tomalehu Barat ini tak pernah kering walaupun Pulau Manipa mengalami kemarau panjang. Orang dari luar Manipa sering berkunjung dan mengambil Air Jongker untuk dijadikan obat. Tercatat pada ingatan warga, artis Eva Arnas dan suaminya Dedi Hamdun pernah menyambangi Desa Tomalehu Barat dan berkunjung ke Air tersebut. Begitu pula dengan pengunjung dari Negara Kincir Angin, Belanda pernah ke Pulau Manipa dan berkunjung ke Air Kapitan Jongker. Adam Tiakoly salah seorang tokoh agama dari Desa Kelang Asaude mengatakan, Air Jongkor merupakan salah satu tempat peninggalan sejarah Kapitan Jongkor semasa hidupnya. Adam Tiakoly menyebutkan, bahwa air itu pada awalnya terjadi saat Kapitan Jongkor hendak berwudhu untuk melaksanakan shalat lima waktu, maka dengan tongkatnya dan kelebihan yang dimilikinya, Kapitan Jongkor dengan sekejap langsung menancapkan tongkatnya ketanah, kemudian dicabut dan muncullah mata air dari tanah. Air tersebut digunakan sebagaimana yang dia harapkan dan Kapitan Jongkor saat itupun dengan lantang memberikan nama air tersebut dengan istilah "Wae Jongkore, Wae imame dan Wae sambayange". Hal yang sama juga ditambahkan Abdurahman Silawane, bahwa memang Air Jongkor adalah salah satu hasil peninggalan sejarah Kapitan Jongkor yang masih berbekas dan nampak serta masih dipelihara oleh Pemerintah Desa dan juga masyarakat sekitarnya, Menurut Abdurahman Silawane, Air Jongkor berawal dari tancapan tongkat Kapitan Jongkor ketanah saat hendak berwudhu untuk melaksanakan shalat, dan memang saat itu tidak ada air, maka melalui tongkat yang dimiliki Kapitan Jonkor yang ketika ditancapkan pada perut bumi maka munculah air tersebut. Air Kapitan Jongkor berbeda kadar airnya dengan mata air yang bersumber dari pengunungan umumnya. Pernah terjadi beberapa tahun lalu, ada rombongan perahu yang hendak berlayar ke tanah Jawa, dan pada waktu itu,mereka mengambil Air Jongkor untuk kebutuhan minum mereka selama tiga bulan perjalanan. Menurut mereka, jika air yang bersumber dari mata air pegunungan maka kadar air dalam bentuk rasa berubah, namun Air Jongkor bentuk rasanya tidak pernah berubah. Letak Air Jongkor saat ini berada di sekeliling rumah warga dan tepatnya di Desa Tomalehu Barat itu kini telah direhabilitasi dan menjadi salah satu situs sejarah di Pulau Manipa.

The spring that has been known for generations as Kapitan Jongker Water commonly known by residents as Yongkor Water is located in a residential complex which is also called the Yongker complex in West Tomalehu Village. It never dries up even though Manipa Island experiences a long dry season. People from outside Manipa often visit and take Jongker Water to make medicine. It is recorded in the residents' memories that artist Eva Arnas and her husband Dedi Hamdun once visited West Tomalehu Village and visited the water. Likewise, visitors from the Land of Windmills, the Netherlands, have been to Manipa Island and visited Air Kapitan Jongker. Adam Tiakoly, one of the religious figures from Kelang Asaude Village, said that Air Jongkor was one of the historical heritage sites of Kapitan Jongkor during his lifetime. Adam Tiakoly said that the water initially occurred when Kapitan Jongkor was about to perform ablution to perform the five daily prayers, so with his stick and the advantages he had, Kapitan Jongkor immediately stuck his stick into the ground, then pulled it out and a spring emerged from the ground. The water was used as he had hoped and at that time Kapitan Jongkor loudly named the water "Wae Jongkore, Wae imame and Wae sambayare". Abdurahman Silawane also added the same thing, that indeed Air Jongkor is one of the results of the historical legacy of Kapitan Jongkor which remains and is still maintained by the Village Government and also the surrounding community. According to Abdurahman Silawane, Air Jongkor began when Kapitan Jongkor stuck his stick into the ground when wanted to perform ablution to perform prayers, and indeed at that time there was no water, then through the staff that Kapitan Jonkor had, when he stuck it into the bowels of the earth, the water appeared. The water content of Kapitan Jongkor is different from spring water that comes from mountains in general. It happened several years ago, there was a group of boats that wanted to sail to Java, and at that time, they took Jongkor Water for their drinking needs during the three-month journey. According to them, if the water comes from a mountain spring, the water content in the form of taste changes, but the taste of Jongkor Water never changes. The current location of Jongkor Water is around residents' houses and precisely in West Tomalehu Village. It has now been rehabilitated and has become one of the historical sites on Manipa Island.

Apa yang disediakan:

Wisatawan akan merasakan kesegaran Air Kapitan Jongker / Tourists can feel the freshness of Air Kapitan Jongker.

Jangan lupa membawa:

  • Tumbler (tempat minum) untuk membawa pulang Air Kapitan Jongker / Tumbler (drinking bottle) to bring home Kapitan Jongker Water.

Harap Diperhatikan

Informasi Tambahan

  • Tidak diperbolehkan untuk mandi di Air Kapitan Jongker / It is not allowed to bathe in Kapitan Jongker Water.

Kebijakan Pembatalan

Tidak Menerima Pengembalian / Non-Refundable 

Belum ada ulasan

Belum ada rating

Tentang Mitra

Paket Tur

Experience

Lihat Profil Lengkap

Harga mulai dari

Rp 0

Apa yang mau kamu tanya?

chat
Whatsapp Logo
chatbot Atourin Travel Assistant
bot

Halo, selamat datang di Atourin! Kami bisa menjawab semua pertanyaanmu.